Oleh : Hari Soul Putra
Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
Kisah Mahabrata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara?
Mengapa kita bersandiwara?
Oleh Bapak Taufik Ismail.
Jika di bagian ke-1 tadi kita sudah membahas detail teori Manajemen Perubahan ala Dr. Elisabeth Kübler-Ross maka di bagian ke-2 ini kita memperbaiki Keuangan diri dan usaha secara dramatis.
Kenapa dramatis?
Karena kita kadang terlalu heboh akibat kekagetan-kekagetan yang menimpa keuangan diri dan usaha kita.
Bukannya berfikir secara intelektual, tapi lebih banyak emosionalnya yang bermain.
Salah satu penyebab goncangan keuangan adalah Cash Deficit Syndrome.
Cash deficit syndrome adalah gejala sering kali kekurangan uang, misalnya pendapatan (income) diri maupun keuntungan (profit) dari usahanya besar, tapi sering saja kekurangan uang alias CASHnya tidak ada.
Berikut 3 Langkah Perbaikan Keuangan Diri dan Usaha menuju Perubahan di tahun 2021, yakni :
1. Cost Reduction (pengurangan biaya)
Kita tidak bisa mengontrol di luar diri dan usaha kita.
Jika income itu sesuatu dari luar diri kita, yang ketika Pandemi Covid 19 melanda terjadi pengurangan, maka yang bisa kita lakukan adalah mengurangi biaya hidup dan gaya hidup pada titik minimal.
Kenapa minimal?
Karena dalam kondisi Survival Mode, yang benar-benar esensial alias basic need atau kebutuhan primer yang kita benar-benar butuhkan, bukan level sekunder apalagi tersier.
Bagiamana dengan keuangan usaha atau bisnis kita?
Dalam teknik cost Reduction, harus :
a. Lakukan efisiensi
Seberapa efektifnya sebuah usaha atau bisnis menghasilkan sales dan profit, tanpa adanya efisensi biaya-biaya, baik pra produksi atau paska produksi, maka keuangan usaha atau bisnis kita bisa jebol.
Untuk itu biaya produksi, kapasitas produksi, biaya operasional, biaya lembur dan lain-lain harus benar-benar kita hitung ulang.
b. Penyesuaian SDM
Bedanya beban SDM era normal dan new normal adalah dari hasil penjualan.
Ketika penjualan normal, kita bisa menggaji karyawan sesuai dengan kontrak yang disepakati, tetapi ketika terjadi kondisi new normal dimana penjualan mengalami penurunan drastis maka perlu adanya beberapa opsi.
Misalnya dari Fixed cost menjadi variable cost.
Dari SDM biaya komersial menjadi biaya sosial, karena keterpurukan usaha.
Tentunya dengan tetap mengkomunikasikan secara baik-baik dengan karyawan kita.
2. Clash Mitigation (kelonggaran benturan)
Benturan itu sifatnya alamiah, semakin tinggi sebuah pohon semakin kuat juga angin yang menerpanya.
Semakin kuat sebuah tekanan, daya lentingnya juga semakin kuat.
Tetapi ada yang menikmati, tetapi tidak sedikit yang akhirnya mati.
Era Covid 19 ini, terjadi PHK besar-besaran di setiap lini bisnis, pengangguran dari 2,67jt meledak menjadi 10jt.
Tetapi sisi lainnya, beberapa perusahaan menjadi lebih efisien, lincah dan bahkan menemukan ceruk pasar baru yang paling tidak bisa memperlama napas keuangan usahanya.
Dari sisi pribadi, setiap kita tentunya mengalami perubahan yang signifikan terkait income yang di dapat.
Misalnya sebelum terjadi PHK, biasanya tanda-tanda perusahaan yang tidak sehat adalah menunda pembayaran gaji karyawan.
Dari yang awal/akhir bulan dapat full 1 bulan gaji, tiba-tiba hanya di bayar tiap tengah bulan, yang akhirnya di bayar cicilan per pekan, 4x.
Sehingga, saat inilah menguji daya survival karyawan dan perusahaan untuk sama-sama mencari jalan keluar (exit strategy) yang win win solution.
Pemberdayaan SDM adalah kata kuncinya, tanpa mereka yang benar-benar menjadi pilar SDM, akan susah kita melewati Pandemi dan Resesi ekonomi secara bersama-sama.
3. Cash Track (jejak uang tunai)
Jika dahulu kita bisa 'sabar' dengan model bisnis jangka menengah atau jangka panjang, adanya piutang yang tidak menggangu cash flow kita, hari ini revenue yang langsung kita bisa rasakan adalah rajanya.
Ada istilah low hanging fruit alias buah yang bisa langsung kita petik hasilnya.
Bisnis berbasis cash lebih kita sukai ketimbang yang tunda.
Karena dalam kondisi pandemi seperti ini, Cash flow is the Queen.
Menolak atau menunda bisnis yang cash nya lama, salah satu langkah bijak, kecuali cash kita berlebih.
Jika kita punya barang yang masih menumpuk di gudang, saatnya kita cuci gudang asalkan dapat cash.
Barang-barang yang first moving (yang diminati konsumen) lebih kita perbanyak dengan tetap mengukurnya.
Yang tidak kalah pentingnya adalah menekan piutang di tempat lain hingga menjadi nol, paling tidak bersisa 10%.
Dan strategi agar bisa survive juga dengan memperpanjang utang dagang, agar uang hasil produksi kita berputar lebih cepat.
Adapun buat keuangan pribadi, jangan hidup hanya dari satu income, tetapi harus kreatif dengan banyak income.
Eranya WFH (Work From Home) membuat dunia digital dan waktu kita banyak di rumah.
Selain bisa melibatkan keluarga, kita juga bisa mengeksplorasi bakat-bakat terpendam, keterampilan yang bisa di pelajari secara murah lewat Webinar dan berbagai platform digital serta passion kita bisa tertumpahkan dengan signifikan.
Jadi, tidak ada alasan lagi kita untuk termenung dan berdiam diri menyesali nasib yang terpuruk selagi masih ada cahaya terang di sebrang jalan sana.
Semoga di tahun 2021 ini, kita bisa sama-sama bangkit untuk kehidupan yang lebih baik lagi.
Jika hari ini kita belum bisa jadi Be the First, jadilah Be the Best.
Jika belum bisa jadi Be the Best, jadilah Be Different.
Jika belum bisa jadi Be Different, jadilah Be Unique.
Mau Be the First, Be the Best, Be Different atau pun Be Unique, kita harus tetap Konsisten menuju CCM (Cita Cita Mulia) kita.
Siap Bersinar di tahun 2021!
Wallahu'alam....
Hari 'Soul' Putra
Managing Director WealthFlow 19 Technology