oleh Hari 'Soul' Putra
Pernahkah kita memperhatikan bagaimana orang-orang yang kaya raya dan berkedudukan cara hidupnya?
Mungkin banyak yang iri akan keberuntungan mereka.
Mereka bisa membeli apa saja yang mereka mau, bepergian ke seluruh belahan dunia kapanpun mereka inginkan tanpa harus menunggu tabungannya terkumpul dulu, layaknya kebanyakan masyarakat kita.
Mereka hidup, seperti selalu tersedia red carpet (karpet merah) untuk menyambut mereka.
Orang awam menyebutnya, mereka orang-orang yang beruntung.
Apakah benar seperti itu?
Bisa jadi iya, bisa jadi juga tidak.
Bisa jadi seluruh kemewahan tersebut mereka miliki, tetapi apakah mereka bisa menikmati?
Belum tentu.
Mereka memiliki tentu dengan Kerja keras, Kerja cerdas dan Kerja tuntas hingga mereka menjadi ahli (mastery).
Tetapi, seperti kata-kata Mutiara, mereka bisa membeli kasur dan ranjang mewah dan terbaik sekalipun, tetapi belum tentu bisa ‘membeli’ nikmatnya tidur, dikarenakan insomnia.
Jadi sampai paragraf ini, apakah mereka masih layak kita sebut MANUSIA BERUNTUNG?
Definisi Keberuntungan
Keberuntungan adalah kejadian-kejadian kebetulan yang sering terjadi untuk membuat hidup kita lebih baik.
Misalnya antara lain :
- Berada di ‘tempat’ yang tepat pada saat yang tepat
- Secara kebetulan bertemu dengan ‘orang-orang’ yang tepat, yang membantu kita
- Seakan-akan alam semesta ini membantu kita membuat ‘keputusan-keputusan’ yang tepat
Apakah orang-orang beruntung ini tidak pernah merasa sial atau kurang beruntung dalam hidup dan bisnis mereka?
Jikalah kita coba lebih jauh meneropong kehidupan pribadi dan bisnis mereka, tentu kita akan setuju bahwasanya mereka beruntung.
Beruntung, bukan berarti tidak pernah gagal, tapi ketika gagal mereka bangkit dan bersyukur bahwasanya, mereka belajar mendapatkan ‘kesalahan dan kesialan’dalam hidupnya.
Berikut 3 Cara meningkatkan keBERUNTUNGan dalam hidup dan bisnis, yakni :
1. The Creator of Luck (jadilah pencipta keberuntungan)Sial dan Beruntung itu adalah pilihan, pilihan dalam hidup kita.
Bisa jadi, apa yang kita pikir hari ini adalah sebuah kesialan, sebenarnya adalah sebuah keberuntungan.
Agar kita belajar dan tidak menjadi sombong atas prestasi kita.
Sebagai seorang The Creator of Luck (pencipta keberuntungan), kita harus mengenali dan bertindak cepat atas kesempatan yang datang.
Setiap transaksi dan jual beli dalam bisnis, selalu harus kita melihatnya dari PERSPEKTIF BERUNTUNG.
Ada 3 ciri mental seorang disebut the creator of luck, yakni :
- Open Head, bersedia menerima hal-hal baru
- Open Heart, bersedia menerima kritik dan nasihat
- Open Hand, bersedia menerima tugas atau permintaan pertolongan orang lain.
Ketika ke-3 hal di atas sudah menjadi kebiasaan dan karakter, maka SPIRIT OF LUCK akan kita temui.
2. The Networker of Luck (bergabunglah sebagai penggerak jaringan keberuntungan)Jika kita sudah menjadi seorang the creator of luck, maka bukan saatnya kita ‘Sukses dan Beruntung’ secara sendirian, tapi jadilah ‘Sukses dan Beruntung’ itu secara berjama’ah layaknya para avengers.
Kita tentu punya misi besar agar orang lain seberuntung kita, bahkan mungkin lebih beruntung lagi.
Layaknya kita punya warung buah-buahan, jika kita sendirian berjualan di pasar tersebut, selain kesepian juga tidak banyak orang akan membeli produk atau jasa kita.
Tapi bayangkan jika, ada banyak para pedagang buah-buahan yang buka warung di samping kita, tentu arus pengunjung akan lebih banyak, karena tahu di pasar tempat kita buka warung menjadi rujukan calon konsumen khusus buah-buahhan.
Begitu juga ketika kita membentuk sebuah komunitas positif, tidak hanya di lisan, tetapi juga Pikiran, Perasaan dan Spiritual kita.
Semakin banyak anggota komunitas dan jaringan penggerak komunitas positif ini ada, maka kolaborasi ini akan terakumulasi jadi sebuah jaringan keberuntungan bangsa dan negara.
Hanya dari beruntung secara sendirian, Insya Allah akan beruntung secara berjama’ah (komunal).
3. The Giver of Luck (milikilah prinsip pemberi keberuntungan)Ada sebuah ‘kesalahan’ dalam berbahasa yang akhirnya menjadi sebuah kebiasaan, yakni ungkapan TERIMA KASIH.
Yang bermakna, menerima dulu baru memberi (mengasih).
Sekilas tidak ada yang salah dari ungkapan di atas, tetapi coba kita bayangkan sejenak, apakah di dunia ini, ketika kita dalam bermuamalah atau berbisnis kepada sesama manusia lebih banyak menerima dulu ketimbang memberi?
Coba kita renungkan, jika sebuah platform paling populer di dunia, FB (Face Book), sebelum orang bergabung, harus membayar terlebih dahulu, padahal orang yang bergabung itu belum mengetahui apa manfaat dari layanan FB tersebut?
Sejatinya, FB itu memberi benefit dan value kepada penggunanya terlebih dahulu, sebelum mereka menerima ‘hasil’ atas jaya layanan mereka, bisa dalam bentuk iklan, endorsement, kenaikan saham dan lain-lain.
Tirulah karakter FB untuk menjadi Giveri (Sang Pemberi).
Maka, mulai hari ini, jadilah The Giver (orang yang memberi) terlebih dahulu, sebelum menerima, karena ketika kita memberi. posisi ‘tangan kita’ di atas bagi yang menerima.
Dengan catatan, selagi memberi itu tidak menjadi kita sombong dan takabur kepada orang lain.
Dalam bahasa yang lebih spiritual, memberi dengan keikhlasan dan menerima dengan keridhoan agar kita termasuk orang-orang yang beruntung.
Selain itu jika Anda tertarik Belajar Ilmu MENARIK KEBERUNTUNGAN via Zoom dengan Tema "Menjadi Pribadi Beruntung", untuk detail informasinya bisa buka disini.
Wallahu'alam....
Hari 'Soul' Putra
Managing Director WealthFlow 19 Technology
#PhotoStory #3CaraMeningkatkanKeberuntunganDalamHidupDanBisnis #MotivatorKeuangan #HariSoulPutra #SuksesKeuangan #MemenangkanKrisisDenganMotivasiKeuangan #KetenanganKeuangan #MotivasiKeuangan #TerapiKeuangan #TerapiCashFlow #KuliahOnline #BelajarMasaKini #CoachingOnlineBersamaHariSoulPutra #SeminarOnline #SolusiUtangMenumpuk #BundaErina #JasaKonsultanKeuanganRumahTangga #FinancialMotivator #KeuanganBerbasisSpiritual #MotivatorKeuanganIndonesia