Happy Friday-Hidup
itu murah, sedangkan yang mahal itu Gayahhhhh....
Sengaja saya tambahin hhhh nya banyak,
karena faktanya, semakin tinggi pendapatan seseorang berkorelasi positif dengan
gaya hidupnya.
Alasan anak zaman NOW, gak mau mati
gaya.
Makan bisa di tahan, tapi pulsa harus tetap
jalan.
Mobil boleh gerobak sodor, tapi di instagram
kudu kesohor.
Hedonic Treadmill
Hedonisme
menurut KBBI daring adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan
materi sebagai tujuan utama dalam hidup.
Jadi Hedon adalah sikap seseorang yang
menjadikan kenikmatan materi adalah segala-galanya.
Sedangkan treadmill adalah semacam alat
jentera/roda yang dijalankan dengan menginjak-injaknya atau pekerjaan yang
membosankan.
Jadi, istilah Hedonic treadmill merujuk
pada fakta, "Meski penghasilan kita terus meningkat, semua akan tetap
habis. Kenapa? Karena harapan dan nafsu kita untuk terus memiliki kemewahan
materi tidak akan pernah terpuaskan."
Hari ini punya motor, besok ingin mobil, lalu
helikopter, besok ingin pesawat dan seterusnya.
Sekiranya langit tidak ada batasnya, maka
keinginan itu akan terus menembus langit.
Di sisi lain, ada juga istilah yang cukup
populer walau di bingkai dalam sebuah kuadran, RAT RACE.
Antara Mimpi, Gengsi dan Investasi di Era Milenial |
Rat race atau Rat
Race Cycle atau Siklus Rat Race adalah kemampuan kita mengelola
keuangan, Khususnya Pribadi dan Keluarga berdasarkan pola hamster.
Seperti namanya, Rat Race Cycle, memang
didasari dari kesukaan tikus/hamster berlarian di atas roda di dalam
kandang.
Jika kita perhatikan, hamster tersebut
yang gemar berlari-lari, di atas roda yang terus berputar tanpa henti.
Terus dilakukan seolah-olah tanpa tujuan hendak
ke mana.
Terus saja melakukan hal yang sama tanpa hasil
dan target yang besar.
Seperti itulah analogi bila pengelolaan
keuangan yang kita lakukan sudah terjebak dalam pola 'Rat Race Cycle'.
Kita hanya akan melakukan hal yang sama secara
berulang-ulang (dalam Bahasa Trainingnya disebut servo mechanism)
tanpa ada hasil besar dan menguntungkan, juga tak akan pernah sampai ke
mana-mana.
Kalaupun sepertinya kemana-mana, sejatinya kita
hanya jalan di tempat.
Sejumlah orang meski sudah memiliki level
penghasilan yang memadai, namun aset kekayaannya tetap zero.
Kenapa?
Sebab semua gaji atau pendapatannya habis demi
membiayai gaya hidupnya yang mahal.
Di manapun Kuadran Anda hari ini, hedonic
treadmill bukan hanya di Kuadran Employee dan Self Employee
tetapi seorang Businessman atau Business Owner dan Investor
pun, beberapa juga kena sindrom ini, hedonic treadmill.
Pengusaha Besar pun, akan terkena hedonic
treadmill ketika mereka menjadi Budak Utang alias Bad Debt.
Jika di kuadran Employee, penghasilannya
selalu habis demi membiayai ekspektasi gaya hidupnya yang terus meningkat,
sementara di kuadran Business Owner tidak menemukan kedamaian karena
"UTANG JELEK'nya.
Kita lihat Fenomena Kerajaaan Bisnis Generasi
Pertama bisa habis oleh Generasi Ketiganya.
Sergapan hedonisme dan gaya hidup itulah
yang acap membuat orang mengalami kegagalan finansial, meski penghasilannya
terus tumbuh.
Maka dari itu, persoalan Kebutuhan dan
Keinginan dalam Motivasi Keuangan selalu mendapatkan porsi yang besar.
Bagaimana tidak, tanpa di iringi Kedewasaan
Keuangan, maka Keinginan yang tidak terkendali sejatinya mempercepat Kiamat
Keuangan di pribadi dan keluarga kita.
Untuk itu, berikut ada 3 Mindset agar kita tidak terjebak dalam rat
race cycle dan hedonic treadmill.
1. Punyai Mimpi
Mimpi secara harfiah adalah angan-angan.
Sebuah harapan yang perlu diperjuangkan.
Tapi tidak sedikit juga, yang bermimpi sajapun
tidak berani.
Entah karena pernah trauma ala Resolusi
Keuangan tiap tahun, ataukah ibarat punguk merindukan bulan.
Bulan yang tinggi di angkasa, tidak akan pernah
di capai oleh punguk, kecuali punguk ikut Ekspedisi ala Neil Amstrong di Apollo
11.
Artinya punya mimpi khususnya Mimpi Keuangan,
bukanlah sebuah hal yang istimewa, mengingat matahari yang menerangi kita saat
ini, adalah matahari yang juga menerangi orang-orang hebat dari zaman ke zaman.
Tinggal bagaimana kita membuat mimpi itu secara
terukur lewat SMART Method (Specific/spesifik atau khusus,
Measurable/dapat diukur, Attainable/yang dapat dicapai, Realistic/realistis,
dan Time able/ada batas Waktu).
Misalnya ketika menabung menjadi cara yang umum
kita lakukan, maka harus jelas digunakan buat apa tabungan tersebut, misalnya
buat Jalan-jalan, kemana, kapan akan terealisasi dan seterusnya hingga membuat
langkah-langkah aksi yang terukur.
2. Kendalikan Gengsi
Gengsi adalah harga diri, sebuah keinginan yang
sejatinya wajib kita jalankan dalam kehidupan.
Tanpa keinginan, hidup serasa
hampa.
Tapi keinginan yang tidak terkendali, akan
membahayakan keuangan pribadi dan keluarga kita juga.
Saya sering menyatakan bahwasanya makan itu
adalah kebutuhan, sementara makan-makan itu adalah keinginan.
Apakah kita tidak boleh makan-makan?
Boleh dan syah-syah saja, tetapi jika tiap hari
kita makan-makan, maka paceklik keuangan akan kita hadapi.
Kapan makan-makan boleh kita laksanakan?
Misalnya sudah ada anggaran buat makan-makan di
sebuah restoran, atau kita juga pemilik restoran tersebut dan seterusnya.
Begitu juga dengan HP baru misalnya, jika tiap
3 bulan kita ganti HP, itu adalah keinginan, tetapi ketika HP lama kita sudah
tidak bisa menjalankan fungsinya, misal keterbatasan memori dan itu buat
memperlancar pekerjaan kita maka keinginan itu wajib kita tunaikan.
Intinya keinginan yang menghasilkan, bukan konsumerisme
dalam balutan sosial.
Kenapa?
Karena masih ada masa depan yang harus kita
jalani, bukan sekedar hidup buat hari ini saja.
3. Terapkan Investasi
Investasi secara esensi adalah bertumbuh buat masa
depan, apakah nantinya menghasilkan cash flow gain ataupun capital
gain, kitalah yang harus memilah-milahnya.
Sebelum kita masuk ke instrumen investasi, investasi
yang terus menghasilkan dan melekat ke diri kita adalah investasi buat Leher ke
atas, yakni Knowledge, Skill &
Experience.
Walau banjir pengetahuan bisa kita dapatkan
dari Google University maupun Institute of You Tube, tetapi tahu
memetakan pengetahuan dan bisa mendapatkan hasil yang positif dari banjir
informasi tersebut adalah hal lain.
Misalnya, pengetahuan dan tips cara kaya bisa
kita dapatkan dari hal di atas, tetapi melaksanakan atau menjadi kaya, toh
tidak semua orang bisa dalam prakteknya.
Sehingga mengasa gergaji Pengetahuan,
Keterampilan dan Pengalaman adalah sebuah investasi yang patut kita
sisihkan di awal ketika mendapatkan gaji atau pendapatan, bukan di sisakan.
Di luar dari itu semua, meningkatkan FI (Financial
Intelligent) layaknya kita lagi balapan FI (Formula 1) di tikungan
kehidupan keuangan kita akan memberi rasa keberlimpahan karena kita menyadari story
behind the number (cerita di balik angka).
Kita akan paham mana yang namanya kelihatan
kaya dan kaya beneran, beda antara aset dan liabilitis, beda utang baik dan
utang buruk dan seterusnya termasuk harus kemana kita investasikan uang kita,
di instrumen apa saja agar uang itu terus berkembang ketika kita lagi asyik
mengembangkan diri dan pribadi kita secara terus menerus.
Akhir kata, antara Mimpi, Gengsi dan Investasi di
era milenial ini perlu kita tata ulang agar di tahun-tahun berikutnya kita akan
menuai apa yang kita tanam hari ini.
Wallahu'alam bisshowab....
Hari 'Soul' Putra
Managing Director WealthFlow 19 Technology
www.P3KCheckUp.com
Founder IBC/Indonesian Business Community
Motivator Keuangan
#AntaraMimpiGengsiDanInvestasiDiEraMilenial
#MotivatorKeuangan
#SpiritualFinance
#KetenanganKeuangan
#MotivasiKeuangan
#TerapiKeuangan
#TerapiCashFlow
#MengaturPendapatan
#HariSoulPutra
#ManajemenKeuangan
Managing Director WealthFlow 19 Technology
www.P3KCheckUp.com
Founder IBC/Indonesian Business Community
Motivator Keuangan
#AntaraMimpiGengsiDanInvestasiDiEraMilenial
#MotivatorKeuangan
#SpiritualFinance
#KetenanganKeuangan
#MotivasiKeuangan
#TerapiKeuangan
#TerapiCashFlow
#MengaturPendapatan
#HariSoulPutra
#ManajemenKeuangan
#Investor
#Korporatisasi