Happy Friday-Seorang sahabat pernah bertanya, apa bedanya
belajar Matematika dan Akuntansi?
Toh sama-sama angka.
Sama-sama pusing dan 'njlimet'.
Cerita di balik angka |
Tapi bagi sahabat saya tersebut, belajar
matematika kita hanya disuruh berhitung 1, 2, 3 dan seterusnya.
Sementara 1, 2, 3 dan seterusnya di akuntansi
kita menghitung uang dan ada embel-embel di belakangnya, misal 1 M (miliar), 2
T (triliun), apalagi jika uang tersebut milik kita sendiri.
Asyik, kan.
Saya pikir ketika suatu hasil usaha atau
menghitung ulang gaji bulanan diri, keluarga dan usaha kita, muncul kata
SURPLUS (+), tentu senyum yang keluar dari diri kita.
Tapi angka (+) tidak akan berarti apa-apa di
matematika, kecuali bahwa angka itu bermakna tambah.
Dari sana saja, berapa pun angka yang muncul,
selalu ada maknanya bagi yang bisa membacanya.
Angka dan Tanda akan lebih bermakna ketika
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Lain lagi seorang sahabat yang sedari awal
diajarkan matematika terapan oleh ayahnya.
Ketika membuat rumah, seorang tukang akan
mengajukan RAB (Rencana Anggaran Belanja) kepada calon si empunya rumah.
Misalkan muncul angka Rp 10 juta untuk waktu
pengerjaan 10 hari, setelah di belikan bahan bangunan mulailah si tukang dan
teman-temannya bekerja.
Biasanya, setelah 10 hari ada saja yang kurang,
entah itu papan, genteng, semen dan lain-lain.
Dari RAB awal Rp 10 juta, naik menjadi Rp 13
juta, misalnya.
Dari 1 meter papan, jadi 1,5 meter papan dan
seterusnya.
Intinya antara rencana dan pelaksanaan bisa
jadi intervalnya cukup jauh.
Belum lagi jika si tukang dan timnya tidak
amanah, bisa bahaya bagi si calon empunya rumah.
Akan berbeda misalkan ketika si calon empunya
rumah memahami matematika.
Dengan rumus Trigonometri Sinus, Cosinus dan
lain-lain, maka alat yang dibutuhkan akan semakin presisi.
Jumlah bahan baku bangunan tersebut, bisa
benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan si calon empunya rumah.
Pertanyaannya, mengapa orang menjadi alergi
belajar matematika dan akuntansi, padahal angka dan angka adalah jantungnya
sebuah bisnis?
Karena angka-angka tersebut belum menjadi
berarti dalam kehidupannya.
Agar menjadi berarti, maka perlu mengenal story
behind the number.
Story behind the number
Bagi sebagian orang, angka 1 tidak akan berarti
apa-apa, bagi sebagian yang lain, angka 97 juga tidak berarti apa-apa.
Tapi coba kita tanyakan kepada Klub Sepakbola
Liverpool dari Inggris, ini adalah pencapaian yang menyesakkan dada.
Bagaimana tidak, hanya gara-gara terpaut 1
angka di musim 2018/2019, mereka yang sudah mengumpulkan point sebesar 97 harus
puas di urutan kedua pada Kompetisi Sepakbola Liga Inggris.
Perburuan gelar yang sangat ketat selama 1
tahun menjadi 'sia-sia' walau akhirnya terobati dengan meraih gelar Liga Champion
di kasta tertinggi Benua Biru.
1 angka cukup mengantarkan Manchester City
untuk mengangkat Tropi Liga Inggris.
Inilah esensi dari cerita di balik angka (story
behind the number), bahwasanya tanpa memahami angka, kita akan bingung
harus melangkah kemana.
Ibarat papan skor dari sebuah pertandingan,
angka-angka itu menunjukkan pencapaian dari bisnis dan usaha kita.
Jika saya analogikan usaha itu seperti
tangga-tangga pendidikan, dimana level usaha
SD = Jalan Kaki
SMP = Lari
SMA = Naik sepeda
S1 = Naik motor
S2 = Naik mobil
S3 = Naik helikopter dan seterusnya.
Maka, ketika di posisi paling dasar, katakanlah
SD dimana analoginya seperti ketika kita jalan kaki, kira-kira apakah kita
membutuhkan Pedometer atau alat penghitung langkah kaki untuk menghitung
target jumlah langkah dan juga bisa menghitung kalor serta lemak yang terbakar
berdasarkan jumlah langkah kita?
Bagi sebagian orang mengatakan tidak perlu,
karena targetnya hanya ingin sehat atau sekedar olahraga santai saja.
Tapi bagi sebagian yang lain, dengan adanya
angka-angka di pedometer tersebut, bisa meningkatkan performance
dalam banyak hal.
Misal, setiap bulan kita akan menargetkan di
angka tertentu.
Bayangkan jika tidak ada angka-angka tersebut.
Kita tidak tahu, mulai start dari angka
berapa dan finish di angka berapa.
Dengan angka-angka, target kita bisa terukur
dan sesuai rencana.
Bagi pebisnis pemula, membiasakan membuat laporan
keuangan (Neraca, Laba rugi dan Arus kas) akan membuat pemahaman
kita terkait angka semakin mengasyikkan.
Dari jalan kaki menuju lari, lalu naik sepeda
hingga akhirnya naik motor dan seterusnya.
Di tahap inilah, instrumen di bisnis kita akan
semakin bagus ketika kita bisa membaca story behind the number dari
panel di dashboard motor kita.
Tidak perlu membuka tangki bensin dan merasakannya
lewat alat seperti lidi, ketika bensin kita habis.
Cukup lihat panel strip/garis apakah full
atau empty.
Jika garis merahnya mencul mendekati empty,
maka siap-siap kita mencari pom bensin.
Sama juga dengan adanya Laporan Keuangan di
bisnis kita.
Misal di Laporan Laba Rugi, ibarat papan skor
sepakbola, kita akan tahu apakah dalam bulan tersebut, kita menang atau kalah
dalam sebuah pertandingan.
Jika dalam satu tahun ada 12 bulan, maka apakah
skor kita menang 12:0 atau kalah telak 0:12.
Paling tidak, kita bisa konsisten dalam 1 tahun
menang di 2/3 lomba tersebut, sehingga bisa menabung cash untuk diputar
lagi di periode tahun berikutnya.
Dan itulah cara sederhana memahami story
behind the number.
Maka, salah satu kebahagiaan saya ketika saya sharing
Ilmu Motivasi Keuangan kepada pebinis pemula, antara lain mereka bisa
berpindah atau naik kelas dari jalan kaki menuju berlari atau minimal naik
sepeda, syukur-syukur yang lainnya (motor, mobil, helikopter, dan pesawat).
Berikut adalah 3 hal agar kita bisa memahami
Angka bagi Pemula dalam Bisnis, yakni :
1. Transparansi
Laporan Keuangan itu membutuhkan transparansi.
Transparansi berarti apa adanya, bukan ada
apanya.
Jika ada apanya, misal ingin mendapatkan
kucuran kredit dari pihak perbankan atau lembaga keuangan lainnya, maka
sebagian orang melakukan window dressing atau financial engineering
yakni 'mempercantik' laporan keuangan usahanya.
Misal, jika dalam 1 bulan angka sales
riilnya 10, dinaikkan menjadi 20, otomatis akan merubah semua bentuk arus kas,
laba rugi dan neraca.
Seharusnya, jika memang kita belum layak untuk
mendapatkan pinjaman, tahan dulu hingga sampai pada tahap layak.
Misal, jika hari ini omzet kita di angka 5,
sementara syarat mendapatkan kredit di angka 10, berarti tugas kita adalah
menaikkan omzet dan mempebanyak sales produk atau jasa kita.
Inilah yang dinamakan transpransi apa adanya.
2. Kepercayaan
Mata uang yang berlaku di dunia itu bukan
Dollar, Rupiah, Pound sterlling atau dinar dirham, tetapi trust
(kepercayaan).
Dengan trust inilah apapun bisa terjadi,
karena dasarnya orang baik akan ketemu orang baik, kepercayaan akan tumbuh
ketika kita menciptakan trust ini di semesta.
Bahkan ada buku Fenomenal yang ditulis Stephen
M.R Covey yang berjudul, The Speed of Trust (satu hal yang mampu
mengubah segalanya), untuk membangun trust perlunya menjunjung tinggi tanggung
jawab dan akuntabilitas pribadi.
Bahkan, jika trust ini menjadi sebuah
budaya, The Culture of Accountability Insya Allah akan membangun
kepercayaan masyarakat.
Dan trust dapat terjadi jika angka-angka
yang kita sajikan, sesuai dengan kondisi aslinya.
Karena kebohongan itu, cepat atau lambat akan
ketahuan jua.
3. Menaikkan dampak pendapatan
Dengan kita Melek terhadap Angka (Financial
Literacy) maka dampak yang jelas adalah menaikkan pendapatan kita.
Karena kita tahu kita berada dimana, akan
menuju kemana.
Apalagi jika hal tersebut bisa dikalibrasi
dengan angka-angka.
Misal, kita start di angka 2, sementara
tujuan kita di angka 7, berarti selisih angkanya adalah 5.
Maka mengejar dari 2 menuju 3 hingga mencapai
angka 7 bisa kita breakdown dari tahunan, lalu ke bulanan, hingga
harian.
Dari tindakan harian inilah, kita bisa
menjalankannya hingga akhir tahun bisa tercapai target angka 7.
Dan akhirnya, angka-angka hanya akan diam
ibarat hurup abjad A, B, C, D dan seterusnya, tetapi akan menjadi sebuah makna
jika hurup-hurup itu hidup dan terangkai dalam sebuah cerita.
Cerita ini kita yang menggerakkannya, from
story to history behind the number (dari Cerita menjadi Sejarah di balik
angka), yang Insya Allah dikenang layaknya Liverpool menjuarai Liga Champion.
Hari 'Soul' Putra
Managing Director WealthFlow 19 Technology
www.P3KCheckUp.com
Founder IBC/Indonesian Business Community
Motivator Keuangan
Managing Director WealthFlow 19 Technology
www.P3KCheckUp.com
Founder IBC/Indonesian Business Community
Motivator Keuangan
#MemahamiAngkaBagiPemulaDalamBisnis
#MotivatorKeuangan
#SpiritualFinance
#KetenanganKeuangan
#MotivasiKeuangan
#TerapiKeuangan
#TerapiCashFlow
#MengaturPendapatan
#HariSoulPutra
#ManajemenKeuangan
#MotivatorKeuangan
#SpiritualFinance
#KetenanganKeuangan
#MotivasiKeuangan
#TerapiKeuangan
#TerapiCashFlow
#MengaturPendapatan
#HariSoulPutra
#ManajemenKeuangan