Karena kenangan adalah ‘intangible
asset’ berharga yang telah kita lakukan pada masa lalu, yang dampaknya
terasa di masa depan, baik surplus maupun deficit.
Berburu Mie Pangsit dan Burgo
Ya, Mie Pangsit ala Bengkulu.
Awalnya mencari Mie yang sering saya makan
waktu masih duduk di bangku SD
(Sekolah Dasar).
Beberapa referensi yang saya cari via Google di
sekitaran Jabodetabek menghasilkan definisi yang berbeda-beda terhadap makanan
ala tempoe doeloe itu.
Jika kita bertanya kepada penjual bakmi, maka
Mie Pangsit bermakna Mie dan Pangsit.
Begitu di cek ke lokasi, Mie Pangsit itu tidak
jauh beda layaknya Mie Ayam umumnya, ada Mie dan Pangsit juga.
Saya coba cari lebih detail lagi, muncul
istilah Mie Ayam Bangka, merujuk pada Mie Ayam yang berasal dari Bangka,
Kepulauan Bangka Belitung.
Bumi Laskar Pelangi |
Mie Ayam Bangka lebih mendekati Mie Pangsit ala
Bengkulu, walau sudah ada penambahan toge dan lain-lain.
Ketika saya travelling ke Belitung,
Buminya Laskar Pelangi, Mie Ayam Bangka sangat sulit mencarinya, apalagi yang
halal, rata-rata disana adanya Mie Belitung, mie kuah/basah atau Mie Celor
dalam bahasa Bengkulu.
Sampai akhirnya, saya harus kembali ke Bengkulu
untuk menemukan Mie Pangsit ala Bengkulu tersebut.
Mie Ayam Bangka di Belitung |
Di dua kota Kabupaten, Kepahiang dan Rejang
Lebong-lah akhirnya 'dahaga' terhadap Mie tersebut terpenuhi.
Artinya, lidah ini bisa mendeteksi, mana yang
'Mie Pangsit' ASELI ala Bengkulu, mana yang 'bukan' alias KW.
Setelah datang ke Bengkulu, pagi harinya saya
kembali menemukan Makanan Istimewa Tempoe Doeloe, Burgo.
Burgo Tempoe Doeloe |
Burgo merupakan makanan khas di wilayah
Sumbagsel alias Sumatera Bagian Selatan a.l : Palembang, Bengkulu, Jambi,
Bangka Belitung dan Lampung) yang berbahan dasar tepung beras dan tepung kanji.
Adonan tepung didadar dan digulung kemudian
dipotong-potong segingga bentuknya bundar.
Burgo disajikan bersama kuah yang terbuat dari
ikan dan santan.
Banyak orang juga mengatakan burgo mirip dengan
lontong sayur.
Jika mirip lontong sayur, tentu akan sama
mencarinya yang ASELI seperti Mie Pangsit tadi.
Ketika di gigitan pertama, food experience
masa lalu seperti tergambarkan dengan sangat jelas.
Tekstur potongan tepungnya, kuahnya, hingga
sambal yang menemaninya.
Pola dan Kebiasaan
Keuangan
Apa pelajaran yang bisa kita petik dari Food
Experience dalam bidang keuangan?
Setiap orang tentu memiliki sebuah pola yang
terstruktur dalam pengelolaan keuangannya.
Pola adalah suatu kejadian yang berulang-ulang,
sama.
Pola uang masuk dan pola uang keluar, terkait
erat dengan kebiasaan yang telah mendarah daging di alam bawah sadar kita.
Untuk membuat 'Standar Enak' ala Mie Pangsit
tadi misalkan, saya coba memvalidasinya ke beberapa tempat, dan hasilnya walau
sangat subjektif, 'Standar Enak' tersebut kembali ke asal lidah ini pertama
kali mengunyahnya.
Pertama kali dan dilakukan secara berulang
inilah yang akhirnya menjadi kebiasaan dan karakter 'Standar Enak' tersebut.
Begitu juga dengan Manajemen Keuangan,
pola kita menghasilkan uang tidak akan jauh berbeda dari apa 'Finance
Experience' yang kita dapatkan.
Jika kita tahunya mendapatkan uang ala Petani
Padi, maka setiap 3 bulan kita akan panen, setelah bekerja keras menggarap
sawah.
Jika kita tahunya mendapatkan uang ala Pedagang
di pasar, maka setiap transaksi harian terjadi, kita akan dapat untung atau
rugi.
Jika kita tahunya mendapatkan uang ala ASN
(Aparatur Sipil Negara), maka setiap akhir atau awal bulan kita akan menerima
gaji setelah dipotong sana sini.
Jika kita tahunya mendapatkan uang ala
investor, maka setiap bulan dari bagi hasil atau 3 bulanan atau setiap tahun
dari dividen yang dibagikan kepada kita, itulah pola keuangan kita.
Jika kita tahunya mendapatkan uang dari bisnis
yang tersistem, maka setiap hari kita tahu berapa uang yang akan masuk ke
kantong kita.
Belum lagi jika kita sudah Melek Digital
dengan punya Real Estate Property, Intellectual Property dan Digital
Property, tentu cara mendapatkan dan membelanjakan-nya pun berbeda.
Artinya, setiap kita akan punya pola sendiri
dalam mendapatkan uang.
Ibarat food experience tadi, maka
gigitan pertama akan menentukan pilihan kita selanjutnya.
Permainan Berburu (Hunt Games)
Beberapa orang menemukan pola mendapatkan uang
layaknya pemburu dalam permainan Hunt Games atau Kingdom Games.
Hunt Games (Kingdom Games) merupakan
permainan dalam berburu binatang seperti domba, sapi, banteng dan lain-lain, biasanya untuk di
makan atau sebagai tenaga pendukung.
Dasar permainan ini adalah Keterampilan dan
Strategi.
Bagaimana mengkapitalisasi aset agar menjadi
berlipat ganda.
Permainan ini diawali, siapa yang lebih dulu
bergerak, maka peluang berhasilnya akan semakin tinggi.
Semakin pagi semakin baik (early bird),
karena ibarat burung yang terbang mencari makan lebih awal, akan lebih banyak
dan lebih cepat mendapatkan makanannya.
Dalam kehidupan orang-orang kaya, ketika hari
kerja (week day), mereka malah dapat diskon lebih banyak dibanding week
end (hari libur) karyawan umumnya.
Dan ide-ide segar ini biasanya muncul di pagi
hari setelah kita bangun tidur (early bird).
Maka menjual dengan cara retail
dan corporate itu, selain beda cara mainnya, juga hasilnya bisa beda.
Di Hunt Games, setelah daging buruan di
dapat, daging tersebut di potong-potong dan di jual eceran dalam bentuk mentah.
Tentunya, harga lebih murah ketimbang kita
menjualnya dengan added value (nilai tambah) dan disajikan di restoran
kelas atas.
Di restoran, harga jual bisa berlipat-lipat
dikarenakan adanya Cooking Skill (keterampilan memasak),
keterampilan ini erat kaitannya dengan 'Memasak Uang' di dalam ruangan.
Agar enak dimakan, selain jam terbang kokinya,
juga cara penyajiannya yang harus mengesankan.
Bisa juga menambah added value (nilai
tambah) dalam bentuk indukan.
Beternak indukan (kuda, sapi, banteng, domba)
akan menghasilkan long time benefit serta sustainable terhadap
aset-aset kita.
Bisa juga hewan berburu tersebut kita jadikan
binatang tunggangan seperti kuda sebagai tools atau alat mencapai
tujuan.
Yang namanya leverage (Baca : Kuda),
bisa menaikkan produktivitas dan waktu tempuh untuk mencapai tujuan.
Bisa juga kita berhenti sebentar dengan membeli atau menyewa tanah yang masih kosong.
Awalnya tanah garapan di sewa, lama-lama bisa
di beli secara crowd funding, jadi ringan sama di jinjing, berat sama
dipikul.
Beberapa local wisdom dalam Hunt
Games itu antara lain :
1. Jualan daging mentah secara eceran
2. Jualan daging mentah secara partai besar ke
pabrik-pabrik
3. Memasak daging, punya nilai jual dan nilai
tambah
4. Punya sistem dengan menjalin pertemanan baik
kepada sesama pemburu, rumah makan dan lain-lain
5. Berburu secara berjama'ah yang nantinya bisa
melipatgandakan INCOME kita.
Kata Kunci dari Food Experience dalam
Keuangan adalah Milikilah Mentalitas/Daya juang dan Daya belajar.
Karena hari ini, Pola Uang Masuk dan Uang
Keluar kita, sebanyak Rezeki yang telah Allah SWT berikan buat makhluknya.
Jangan takut tidak makan, jangan takut miskin,
berubahlah dan mintalah kepada Sang Maha Kaya, Allah SWT.
Wallahu'alam Bisshowab.....
Hari 'Soul' Putra
Managing Director WealthFlow 19 Technology
www.P3KCheckUp.com
Founder IBC/Indonesian Business Community
Motivator Keuangan
#FoodExperienceDalamKeuangan
Managing Director WealthFlow 19 Technology
www.P3KCheckUp.com
Founder IBC/Indonesian Business Community
Motivator Keuangan
#FoodExperienceDalamKeuangan
#MotivatorKeuangan
#SpiritualFinance
#KetenanganKeuangan
#MotivasiKeuangan
#TerapiKeuangan
#TerapiCashFlow
#MengaturPendapatan
#HariSoulPutra
#ManajemenKeuangan
#SpiritualFinance
#KetenanganKeuangan
#MotivasiKeuangan
#TerapiKeuangan
#TerapiCashFlow
#MengaturPendapatan
#HariSoulPutra
#ManajemenKeuangan