Saya menyebutnya Air Hajar Aswad.
Kenapa?
Karena air inilah (air dalam kemasan yang saya bawa selalu ketika saya lagi tawaf) yang menjadi saksi bahwa untuk mencium hajar aswad perlu perjuangan yang tidak kecil.
Bermula dari memegang kiswah yang membungkus sekitar hajar aswad, lalu mencoba berd'oa di samping hajar aswad hingga 'terbang' dengan gaya miring di angkat kaum muslimin yang memiliki tujuan yang sama, mencium Sang Batu Hitam dari Syurga.
Mengusap Rukun Yamani dan Mencium Hajar Aswad
Hanya kepasrahan total dengan niat untuk mencium hajar aswad tanpa memikirkan hasil akhir.
Karena hasil akhir adalah milik Allah SWT, yang kita perlukan hanyalah Tawakkal Sempurna dan Usaha Maksimal.
Kenapa harus Tawakkal Sempurna terlebih dahulu?
Karena dengan keyakinan inilah, 51% pencapaian mulai akan terlaksana.
Hanya persoalan kapannya itu yang masih menjadi misteri illahi.
Yakin saja bahwa kita akan bisa mencium hajar aswad.
Sebelum ke Air Hajar Aswad, saya akan sedikit cerita untuk shalat tepat di Maqom Ibrahim (bekas telapak kaki Nabi Ibrahim AS) dalam jarak yang sangat dekat.
Dan ternyata Allah SWT belum menaqdirkan saya untuk shalat dekat sana.
Jika tidak bisa ke bapaknya, saya coba lewat anaknya di Hijr Ismail, tempat Nabi Ismail AS sering berdo'a kepada Allah SWT.
Dan untuk sampai ke Hijr Ismail, untuk masuknya mungkin tidak terlalu sukar, asal bisa secara tepat masuk ke lingkaran tawaf, tapi buat shalat sepertinya harus memikirkan ulang waktunya.
Jadi alih-alih ingin shalat disana, cukup berdo'a saja agar kami meninggal dalam keadaan Husnul Khotimah.
Aamiin....
Aamiin....
Dan disini sejarah bagi saya ini di mulai.
Sebelum kita menuju Hajar Aswad, kita akan melewati sudut Yamani.
Antara sudut Yamani dan Hajar Aswad inilah yang disebut Multazam, salah satu tempat yang cepat di ijabah buat kita berdo'a.
Sepanjang dinding yang tertutup kiswah ini, di pojoknya ada pintu Ka'bah.
Banyak sekali orang-orang yang mencoba memasukkan tangannya ke pintu Ka'bah ini.
Balik lagi ke cerita tentang Hijr Ismail, banyak yang memegang kiswah sembari berdo'a di Hijr Ismail, maka saya mencoba melakukan hal yang sama.
Dan ternyata, itulah cara Allah SWT untuk mengajari saya agar bisa mencium Hajar Aswad.
Tinggal menyusuri Sudut Yamani, maka sampai juga saya dan seorang Sahabat ke wilayah Hajar Aswad.
Dan inilah yang cukup menarik ceritanya.
Di rukun Yamani ini banyak orang meletakkan tangannya di kiswah.
Saya pun melakukan hal tersebut.
Awalnya dari luar ke dalam, kami hanya bisa 'memegang' dari jarak 1 tapak tangan saja, karena terhalang tubuh tinggi besar saudara-saudara kami yang lain.
Lalu, kami mulai bisa mendekati titik kiswah tersebut dan bisa memegangnya, mengusap rukun yamani serta merasakan batu/marmer Ka'bah tersebut dari luar kiswah.
Karena desak-desakkan, tubuh kecil saya terangkat hingga berjalan miring seperti terbang di antara 'lautan' manusia.
Dari 'atas' inilah saya bisa melihat beragam karakter manusia, ada yang tetap fokus tawaf, ada yang saling sikut-sikutan, ada yang emosi karena teriknya matahari, ada juga yang sangat bernafsu untuk mencium Sang Batu Hitam, dll.
Panasnya matahari berlomba dengan semakin membanjirnya keringat orang-orang yang melakukan tawaf tersebut.
Perlahan namun pasti, saya tetap bertasbih dan semakin memperhebat bacaan tasbih saya.
Tidak berapa lama kemudian, saya mengikuti tangan orang-orang yang mencari pintu Ka'bah.
Lalu sempat kepala saya di toyor dari belakang, agar bergeser lebih cepat lagi menuju hajar aswad.
Perihnya pinggang dan sakitnya punggung sudah tidak saya rasakan lagi.
Mau rasanya saya balas, tetapi hati kecil saya mengatakan jangan, malah saya mempersilahkan bapak-bapak disamping saya untuk memegang pintu Ka'bah tersebut.
Lalu setelah itu, ini drama paling menarik untuk mencium hajar aswad.
Beberapa kepala dengan sangat memaksa untuk bisa mencium batu hitam tersebut, ada yang bisa, ada juga yang terlempar dari arus manusia.
Teman saya, tinggal terhalang 1 badan orang saja, akhirnya keluar arena juga.
Tinggal-lah saya yang harus menyelesaikan etape perjuangan ini.
Jika Bunda Siti Hajar saja bisa berlari-lari untuk mencari air buat anak orok-nya, masa saya tidak mampu bertahan!
Akhirnya atas Izin Allah SWT, saya bisa mencium Hajar Aswad walau cuma beberapa detik.
Dan kembali saya 'terbang' alias kaki saya sudah tidak menginjak bumi akibat dorongan yang sangat kuat terhempas ke luar.
Dengan nafas tersengal-sengal dan keringat membanjiri badan saya, diiringi sakit pinggang dan kaki, saya meninggalkan hajar aswad untuk shalat sunnah di sudut Maqom Ibrahim.
Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari Mengusap Rukun Yamani dan Mencium Hajar Aswad tersebut?
1. Selalu berbaik sangka kepada Allah SWT
Terkadang pahitnya hidup yang kita rasakan, tidak seberapa dibanding dengan ujung indah yang Allah SWT telah persiapkan.
Selalu hasil akhir dari episode kehidupan kita yang terbaik.
Dan itu pilihan dari Sang Pencipta.
2. Rezeki tidak akan tertukar ketika kita Tawakkal Sempurna dan Usaha Maksimal
Jangan pernah berkecil hati dengan kondisi kita hari ini, tetapi latilah karakter kaya atau karakter sejahtera.
Karakter yang akan membuat kita hidup 2/3-nya dengan Spiritual (Spirit dan Ritual).
3. Selalu menikmati proses yang sudah Allah SWT kita tetapkan
Yakinilah selalu bahwasanya menikmati proses itu lebih nikmat ketimbang hasil akhirnya.
Dalam kita berproses, satunya Kata, Ucapan dan Tindakan adalah Tanda Orang yang Bersyukur.
Wallahu'alam Bisshowab
Hari 'Soul' Putra
Managing Director WealthFlow 19 Technology www.P3KCheckUp.com
Founder IBC/Indonesian Business Community
Motivator Keuangan Indonesia
0815 1999 4916
#AirHajarAswadDanRezekiYangTidakTerduga
#UmrohBersamaMotivatorKeuangan
#SpiritualFinance
#KetenanganKeuangan
#MotivasiKeuangan
#TerapiKeuangan
#TerapiCashFlow
#UmrohBersamaMotivatorKeuangan
#SpiritualFinance
#KetenanganKeuangan
#MotivasiKeuangan
#TerapiKeuangan
#TerapiCashFlow